Citizen Scientist

Sarashanti
2 min readMar 2, 2018

--

Sebetulnya gue kurang suka menggunakan bahasa yang tidak sinkron antara judul dan isi. Seperti tulisan gue kali ini. Namun gue belum menemukan padanan kata yang pas untuk “citizen scientist”. Apa iya, ilmuwan warga? Sepertinya harus gue konfirmasi dulu ke pak Ivan Lanin.

Beberapa hari lalu gue menemukan artikel dari TEDEd yang memberikan lima kiat bagaimana caranya supaya anak-anak menyukai sains. Salah satunya adalah terlibat sebagai citizen scientist. Terlepas dari padanan kata citizen scientist, kali ini gue ingin membahas arti dari terminologi itu sendiri.

Istilah citizen scientist sekilas mengingatkan kita terhadap istilah “citizen journalism” atau jurnalisme warga. Istilah ini merujuk kepada partisipasi masyarakat dalam melakukan pengumpulan, pelaporan, dan analisis berita. Aktivitas ini masif dilakukan semenjak jurnalisme digital lahir. Kini bukan hanya jurnalis profesional yang bisa melaporkan suatu peristiwa ke khalayak. Masyarakat yang bermodalkan ponsel pintar pun juga bisa melaporkan peristiwa selayaknya jurnalis profesional. Bahkan bisa lebih cepat.

Kelahiran jurnalisme warga dimulai berkat kecanggihan teknologi. Begitu pula halnya dalam kelahiran citizen scientist.

Instrumentasi yang kian canggih dalam sebuah eksperimen atau pengamatan membuat para ilmuwan dibanjiri oleh data yang begitu melimpah. Data tersebut harus diolah. Namun ada beberapa hal yang hanya bisa dilakukan oleh manusia ketimbang komputer. Melihat jumlah data yang sangat besar, hampir mustahil jika diselesaikan oleh ilmuwan itu sendiri mengingat jumlah ilmuwan yang terlibat langsung dalam penelitian bersangkutan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan data yang ada.

Oleh karena itu dibutuhkan bantuan masyarakat dalam mengolah satu bagian spesifik tersebut. Dari sini dapat dikatakan bahwa citizen scientist adalah partisipasi publik dalam penelitian ilmiah.

Hal yang terbuka untuk dilakukan tentu bukanlah hal rumit. Mari ambil contoh dari pengamatan gelombang gravitasi.

Salah satu citra sinyal gangguan yang perlu diklasifikasi sebagai blip, whistle, atau bukan keduanya.

LIGO, instrumen yang menangkap gelombang gravitasi tahun 2015 lalu memiliki data citra gelombang yang melimpah. Sebelum diolah, citra gelombang tersebut harus dibersihkan dari sinyal gangguan (noise) instrumen. Nah, sinyal gangguan ini memiliki pola tertentu dan hanya mata manusia yang mampu membedakan. Dalam hal ini citizen scientist berpartisipasi dalam mengkategorikan citra gangguan. Hasil klasifikasi citra nantinya akan dijadikan database untuk machine learning. Diharapkan kelak komputer bisa mengklasifikasikan citra dengan sinyal gangguan secara otomatis.

Proyek klasifikasi sinyal gangguan dari LIGO hanyalah satu dari sekian banyak proyek citizen scientist yang tersedia. Bahkan bidangnya tidak terbatas pada ilmu alam saja. Jika ingin terlibat sebagai citizen scientist, bisa mampir ke zooniverse.org.

Selamat mencoba!

Originally published at sarashanti.tumblr.com.

--

--

Sarashanti
Sarashanti

Written by Sarashanti

Data scientist who also enjoy tidying up and writing

No responses yet